Brachiaria decumbens atau sering di sebut
dengan rumput signal atau juga di sebut rumut bede, adalah salah satu jenis
dari rumput yang bergenus Brachiaria yang artinya dia tumbuh pendek kurang
lebih 5-20 cm dan sering untuk rumput di ladang penggembalaan karena memiliki
kekuatan terhadap injakan. Rumput ini berasal daroi daerah tropis dan subtropis
di kawasan Afrika. Karena kesamaan iklim dengan indonesia (tropis) maka rumput
ini dapat berkembang dengan baik di indonesia. Rumput brachiara decumbens ini
dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai tinggi. Karena sifat yang adaktif,
rumput brachiaria descumben ini sangat mudah tumbuh di tanah tanah yang kering
dan tandus. Sebenarnya rumput ini sudah banyak hidup liar di daerah indonesia
dan tersebar di berbagai tempat seperti lapangan, selokan, rumah-rumah tua,
perkebunan, dll.
Ciri-Ciri Rumput Brachiaria Descumben

Perkembang Biakan Rumput Brachiaria Decumbens
Perkembang biakan rumput brachiaria decumben terdapat dua cara, yang pertama adalah melalui bijinya dan yang kedua melalui stalon yang sudah saya terangkan di atas.
Media Tanam Untuk Brachiaria Decumbens
Media tanam yang cocok
untuk rumput ini adalah tanah dengan ph normal yaitu sekitar 6-7. Sesuai dengan
yang dinyatakan oleh kismono dkk, yaitu, Rumput bede dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan
762-1500 mm/tahun, kemasaman tanah (pH) 6-7 (Kismono dan Susetyo, 1977).
Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria Decumbens
Kandungan nutrisi rumput
ini tergolong sedang, lebih rendah dari rumput gajah, rumput odot, ataupun
rumput raja. Namun lebih tinggi dari rumpu-rumput yang tergolong Brachiaria
karena Brachiaria Decendens merupakan rumput yang di unggulkan di kelompoknya. Kandungan
nutrisi rumput ini terdiri dari protein, serat kasar, dll. Dari berbagai
penelitian oleh Litbangtan terdapat banyak sekali angka berapa protein rumput
ini, seperti contoh dalam penelitian oleh Siregar dan Djajanegara (1972) dihasilkan
Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf pemotongan
dilaporkan oleh adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari, 8,86% dan
30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta
5,90 dan 34,1 pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein
kasar pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur potong rumput (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/).
Dan dalam penelitian J. Sirait, N.D. Purwantari Dan K. Simanihuruk (2005),
menyatakan bahwa perlakuan pemupukan dapat mempengaruhi tingkat protein
(nutrisi) pada rumput, semakin tinggi pemupukan akan semakin tinggi juga
nutrisi yang terkandang dalam rumput tersebut, dan dalam penelitian tersebut di
simpulkan bahwa pemupukan yang tepat adalah dengan dosis 200 kg N/ha.
Nama
|
PK
|
SK
|
LK
|
BETN
|
Abu
|
Ca
|
P
|
Rumput Signal
|
8,3
|
38,3
|
1,2
|
41,6
|
10,6
|
0,40
|
0,13
|
Pemanenan atau Pemotongan rumput Brachiaria Decumbens
Rumput ini memiliki produktifitas hingga 100-200ton/Ha/tahun, angka ini
masih jauh di bawah rumput gajah yang dapat mencapai 300-400 ton/ha/tahun. Namun
karena jenis rumput ini adalah rumput penggembalaan bukan rumput potong
(walaupun ada juga peternak yang menjadikan rumput ini rumput potong).
Pemotongan atau penggembalaan pertama dapat dilakukan setelah tanaman
rumput bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan
tujuan untuk meratakan dan merangsang pertumbuhan akar tanaman.
Pemotongan/penggembalaan berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada
musim hujan, sedangkan musim kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari).
Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15 cm dari permukaan tanah pada musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih dari 15 cm dari permukaan
tanah.
Itulah diskripsi singkat
tentang rumput penggembalaan yaitu rumput Brachiaria Decumbens atau sering
masyarakat menyebut rumput penggembala sapi ini dengan rumput BEDE. Untuk cara-cara
budidaya, cara pemanenan atau pemotongan, perhitungan untuk kebutuhan rumput
ini dengan jumlah ternak dan kebutuhan ternak serta kebutuhan lahan, bisa kita
bahas lain kali ya.
Sekian terima kasih
Sumber:
Akk. 1983. Hijauan
Makanan Ternak Potong, Kerja Dan Perah . Penerbit Kanisius.
Kismono, I. Dan S.
Susetyo. 1977. Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting. Produksi Hijauan
Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . Bplpp. Lembang, Bandung. 1977.
Siregar, M.E Dan A.
Djajanegara. 1974. Pengaruh Tingkat Pemupukan Zwavelzuur Kalium (Zk) Terhadap
Produksi Segar 5 Jenis Rumput. Buletin L.P.P. Bogor No 12, 1-8
Siregar, M.E. 1987.
Produktivitas Dan Kemampuan Menahan Erosi Species Rumput Dan Leguminosa
Terpilih Sebagai Pakan Ternak Yang Ditanam Pada Tampingan Teras Bangku Di Das
Citanduy, Ciamis.
ternak jangkrik dan budidaya jangkrik
ReplyDelete